Untuk menulis balasan ini kunantikan pelangi bersinar terang
menepi dikamarku. Sampai bulan datang kembali diatas perapian. Juga
Bintang dan purnama menghias menghadapku.
Apa kau ingin teriak?
Sekedar melampiaskan kata indahmu untuk surat yang kubuat?
Di padang sunyi! ya itu tempat terbaik buatmu teriak. Aku bantu kau melampiaskannya (jika mau akan kuantar).
Semua Dewa dan Dewi punya makna dan tugas berbeda, Erl. Tapi tidak
semua benar, aku pun harus membela wanita. Bangsa terdahulu memuji Dewi
Efrosina, nama tercantik yg pernah ada. Dewi juga malaikat penjaga
penyair. Sama, bahkan mungkin hampir sempurna ada dimatamu.
Diam-diam aku mencuri kesejukan angin senja pada pucuk cemara.
Terkadang rindu bisa membuat surat ini tetap utuh, dan itu memungkinkan
sekali.
Seperti angin yg slalu bertiup dimanapun ia berada. Seperti air yg
mengaliri tiap celah tak terjamah. Seperti embun dari surga, turun
dikala pagi mengelus indah.
Aku berusaha tuk jadi rumah ternyaman yang pernah kau singgahi, setidaknya setelah kau ambil mesin penenun itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar