Selasa, 15 Januari 2013

"Surat Selagi Hujan"

Hey, Erlin.

Selamat datang kembali diduniaku yang penuh sesak oleh ribuan kata untukmu.

Aku membagi kisah pertamaku dari Kaisar Romawi yang kedua, ialah Numa Pompilius yang memutuskan untuk menambahkan dua bulan untuk mengisi dua bulan musim dingin yang tidak dihitung. Maka, muncullah bulan Januari dan Februari.
Ini Januari, tepat dimana kukirim surat kecil ini untukmu. Ditemani rintikan hujan, semilir angin, juga kicauan burung hantu dipohon tua itu.

Hujan selalu menghadirkan kenangan itu, apalagi malam ini, ah!. Sebentar kupasang potretmu dilayar ingatanku. Sebentar aku hapus dari bayangku, karna aku tahu kita kan bertemu dalam waktu yang lama.

Ini pesan keduaku, baca dengan baik. Jangan kau balas jika tak ingin memulai kembali, aku harap iya. Egoisku memuncak saat seperti ini, aku muak pada rindu yang tak kunjung padam!.

Jika esok datang, aku masih berharap menjadi kisah yang lebih panjang untuk kau sambungi.
Ya, seperti huruf bersambung ini, kalau bukan kau yang mengajari, tak'kan kumulai semua ini.
Mungkin akan ku simpan dijendela, sampai hujan yang jatuhkan itu ketanah. Lalu basah, terinjak dan mungkin dimakan hewan kecil yang mencoba menyambung hidup.

Aku lupa meminta ijin pada Tuhan untuk mencintaimu, juga berkirim surat seperti ini.
Semoga tak melukai mahluk terindah yang Kau ciptakan ini.

Pada akhirnya, baris juga pena habis kupakai sampai ujung tintanya.
Sebelum tak nyata kau baca, ini pesanku untukmu.

Biar Tuhan jaga bidadari tanpa sayap yang sengaja dijatuhkan kebumi antah berantah ini. Untuk menemukan cinta dan ksatria tanpa pedang ditangan yang hanya mampu berujar lewat kata kotor ini.

Salam hangat di Januari dingin ini.

1 komentar: